mJHEzxukdj31fhzMIHmiGai4Yfakiv2Yjgl83GlR
Bookmark

Kartini Masa Kini Adalah Saya Sendiri

Ilustrasi oleh: pngtree

Oleh : Listyowati

Arusgiri.com - Hari ini tanggal 21 April tentu kita sudah sangat hafal peringatan Hari Kartini. Bukan hanya itu saja, sosoknya, judul bukunya (habis gelap terbitlah terang) dan bahkan lagunya yang mungkin sudah diajarkan semenjak sekolah dasar sudah tidak asing di telinga kita. 

Perempuan cerdas dengan nama anggunya Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat putri bupati Jepara itu dikenal sebagai wanita yang memperjuangkan kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan. 

Kartini banyak dikenal kiprahnya sebagai pejuang emansipasi wanita. Karena wanita  kala itu masih dinilai rendah yang diidentikan hanya berada di dapur dan kasur. Kartinilah yang membela hak-hak kaum perempuan pada saat itu. 

Budaya patriarki yang masih mengakar kuat kala itu dimana laki-laki ditempatkan pada pemegang  kekuasaan utama dibandingkan perempuan nampaknya mendorong ia untuk menuntut hak yang sama atas kaumnya.  

Hal itu dibuktikan dengan mendirikan sekolah perempuan bagi kaumnya. Kartini ingin perempuan pada masa itu juga mendapat pendidikan sama halnya seperti kaum laki-laki. 

"Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan yang sesuai dengan keperluan kaum perempuan dan harus mendapatkan pendidikan yang cukup seperti kaum laki-laki," ucap perempuan kelahiran Jepara, 21 April 1879.

Selain itu, Murid KH Sholeh Darat itu bagi saya adalah sosok yang sangat ulet dan haus akan ilmu. Dilihat dari surat yang pernah dikirimkannya kepada sahabat  Nona Estella H Zeehandelaar, di Belanda.

Jepara 12 januari 1900. 

Terimakasih stella atas dukunganmu. kamu tahu apa motto hidupku? Aku mau. Dua kata sederhana ini telah membawaku melewati bergunung kesulitan .

Aku tidak bisa adalah kata-kata yang mematahkan semangat. Aku mau akan mendorong kita ke puncak gunung.

Kutipan surat diatas yang pernah dibacakan oleh Jurnalis kenamaan kita, Najwa Shihab, dan membikin saya jatuh cinta. prinsip hidup Kartini yang bisa ditiru siapapun apalagi mahasiswa tentang dua kata sederhana “aku mau” sangatlah relevan digunakan sekarang ini. 

Mencontoh motto hidup Kartini akan mendorong mahasiswa untuk mau belajar banyak hal. Bukankah mahasiswa adalah manusia akademisi yang menjadikan belajar sebagai sebuah keharusan?

Kartini juga perempuan berwawasan luas. Dari kegiatannya menulis surat dan perjuangannya untuk kesetaraan gender serta kepeduliannya terhadap nasib kaumnya menunjukkan betapa pandangan Kartini jauh diantara para perempuan kala itu. Tekadnya yang kuat dan semangatnya tidak dapat dengan mudah dilupakan penggagumnya. Kartini seperti itu, tentu saja hanyak buku yang telah dibacanya. 

Lalu, apa kabar Kartini-Kartini hari ini, khususnya yang baca tulisan ini, apa sudah baca buku? 

Sebab  lingkunganlah yang mendukung.  Ia doyan membaca surat kabar, majalah dan buku semenjak usia anak hingga remaja. Hal ini yang menjadikan kartini ingin pergi ke Eropa untuk mempelajari pemikiran wanita-wanita modern di sana.

Memperingati hari Kartini menurut saya tidak cukup hanya mengenang jasa-jasanya atas perjuangannya kesetaraan kaum perempuan, emansipasi wanita. 

Lebih dari itu, justru keteladanan yang diberikan kartini atas sosoknya yang mandiri, prinsip hidup untuk selalu mau belajar dan haus akan ilmu patut dicontoh dan direfleksikan ke dalam diri kita.

Apalagi soal kegemaranya  membaca kemudian menulis di surat-surat kabar, sangat baik dan perlu diapresiasi, sebagai generasi kartini modern rasanya kurang afdal kalau kita tidak membaca sejarah, dan justru meninggalkan sejarah itu sendiri. Perlu untuk belajar sejarah, supaya kita semua tetap dapat hidup dan beradaptasi di zaman pasca kebenaran ini. 

Semangat Kartini atas apa yang diperjuangkan, hingga kini energinya masih terus mengalir tak pernah lekang oleh waktu. Jika ditanya siapa Kartini masa kini, maka jawabanya adalah saya sendiri.

0

Posting Komentar