Novel ini sendiri mengangkat tema kekeluargaan, rasa kehilangan, percintaan, dan persahabatan yang kuat. Novel ini bisa membuat kita yang membacanya seolah merasakan hidup di era reformasi tahun 1998 yang terasa sangat kelam dan kejam bagi para pembela rakyat. Novel ini sangat cocok untuk para remaja maupun penyuka fiksi sejarah, karena dengan bahasa yang mudah dipahami kita bisa menikmati cerita yang terkait dengan kejadian hilangnya para aktivisme 98. Selain itu, buku ini juga perlu dimiliki oleh orang-orang yang mencari bacaan pembawa suasana.
![]() |
Sampul Novel Laut Bercerita Leila S. Chudori (ttps://images.app.goo.gl/y78kehfz5fmANSu37) |
Tokoh utama dalam novel ini bernama Biru Laut Wibisana. Pada era 1990-an, Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada, bersama teman-temannya membentuk kelompok perlawanan Wirasena dan Winatra. Kelompok tersebut bertujuan untuk melawan rezim Orde Baru yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Pada bagian pertama, melalui sudut pandang Biru Laut, kita akan dibawa ke masa awal 90-an, 1991-1998, saat aktivis mahasiswa tersebut aktif dalam kegiatan perlawanan dan diskusi bersama teman-temannya, seperti Kinan, Alex, Daniel, Sunu, dan Bram. Meskipun mereka berusaha mengubah sistem pemerintahan yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan, usaha mereka sering digagalkan oleh pihak aparat negara. Puncak cerita terjadi pada Maret 1998 ketika Wirasena ditangkap dan disiksa secara brutal oleh aparat negara. Beberapa aktivis dilepaskan, tetapi sejumlah lainnya, termasuk Biru Laut, menghilang tanpa jejak.
Bagian kedua novel ini mengambil sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut, pada rentang waktu 2000 hingga 2007. Asmara Jati, bersama keluarga dan teman-teman aktivis yang tersisa, berusaha mencari keberadaan Biru Laut dan teman-temannya yang hilang. Mereka mendirikan lembaga khusus untuk menangani kasus orang dihilangkan oleh negara, sambil berharap pemerintah segera menuntaskan masalah tersebut. Meskipun ditemukan informasi mengenai tulang belulang manusia di Kepulauan Seribu, Asmara Jati tetap tidak yakin bahwa itu adalah kakaknya. Bagian kedua novel ini lebih menyoroti rasa kehilangan, keputusasaan, dan ketidakpastian, yang melingkupi kehidupan aktivis dan keluarganya yang ditinggalkan. Meski telah lama berlalu, misteri hilangnya Biru Laut dan teman-temannya tetap menjadi beban emosional bagi orang-orang yang ditinggalkan.
Dalam dua bagian novel ini, penulis menyampaikan cerita tentang perlawanan terhadap pemerintahan otoriter, pengkhianatan, serta ketidakpastian, yang melingkupi kehidupan aktivis dan keluarganya. Keseluruhan cerita Laut Bercerita memberikan gambaran yang mendalam tentang masa Orde Baru di Indonesia dengan narasi memikat dan penuh makna karena terdapat beberapa puisi yang disuguhkan penulis.
Ada banyak keunggulan yang terkandung dalam novel ini, yang paling utama bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya termuat pengetahuan sejarah rezim di masa Orde Baru, sejarah penegakan keadilan sosial dan juga asas demokrasi. Sehingga setelah membaca novel ini, kita akan banyak memperoleh pengetahuan mengenai sejarah. Selain itu, novel ini juga mampu membuka wawasan kita terhadap dunia sastra, seperti adanya puisi-puisi karya Pramoedya Ananta Toer, Rendra, dan masih banyak lagi. Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan, terlebih pada bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Ceritanya juga mengandung sedikit teka-teki, membuat kita menjadi semakin penasaran akan akhir dari cerita novel ini. Lalu, pilihan kata dan penggunaan bahasanya terbilang mudah dipahami sebab tidak ada istilah atau ungkapan asing.
Akan tetapi ada juga kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang digunakan ialah alur campuran atau maju mundur. Apabila kita belum terbiasa dengan alur tersebut, maka akan cenderung bingung karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik. Novel ini juga memiliki banyak tokoh, nama, dan tempat yang terkadang sulit untuk diingat atau dibedakan. Selain itu, ada beberapa dialog dalam novel ini yang diselipkan dengan menggunakan bahasa Jawa tanpa memberikan penjelasan mengenai arti dari kosakata bahasa Jawa tersebut, sehingga membuat pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa kurang mengerti apa yang sedang para tokoh bicarakan.
Kesimpulannya, novel Laut Bercerita ini berakhir sedih akibat hilangnya aktivis di era Orde Baru dan penderitaan keluarga yang ditinggalkan. Namun, novel yang berlatar sosial pada masa pemerintahan Orde Baru ini mengandung amanat yang masih relevan hingga saat ini yakni menciptakan kesadaran akan pentingnya memahami, menghormati, dan menjaga nilai-nilai demokrasi. Novel ini memperingatkan tentang bahaya ketidakadilan dalam pemerintahan otoriter. Selain itu, terdapat pesan tersirat yang menggambarkan semangat perjuangan yang dilakukan oleh para aktivis muda. Novel Laut Bercerita sangat cocok bagi para remaja, khususnya penyuka fiksi sejarah. Novel ini mengajak kita untuk merenungkan masa lalu yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman. Jadi, upaya Leila Salikha Chudori dalam mengemas cerita sejarah di era Orde Baru ke dalam sebuah cerita fiksi dengan bahasa yang mudah dipahami patut diapresiasi.
Penulis: Meysa Afriska Dewi
*Mahasiswi Semester 4 Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Posting Komentar