arusgiri.com, LPM Spektrum - "Bisa menulis itu bukanlah sebuah bakat, namun karena adanya niat dan minat."
Kata-kata itu perlahan muncul dalam ruangan lengang yang dipenuhi oleh jendela dan pintu kaca. Saat ditemui, laki-laki itu duduk di Sofa empuk dan tersenyum ramah. Dirinya mengenakan kaos Daiya berwarna Ungu dibalut kemeja biru-oranye bertuliskan LPKS Unugiri. Sosok dosen itu, pernah mendapatkan penghargaan sebagai dosen terbaik, dan ternyata unggul dalam bidang penulisan penelitian berupa jurnal. Ialah Miftahul Mufid, salah satu Dosen Bahasa dan Sastra Arab di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.
Miftahul Mufid bercerita, Ia mulai menggeluti bidang kepenulisan dalam sebuah penelitian di berbagai situs ketika menjadi dosen, tepatnya sejak tahun 2016 silam. Ketika itu, pria yang akrab disapa Pak Mufid tersebut sempat ditanya oleh Rektor di awal mendaftarkan diri sebagai dosen di Unugiri dengan pertanyaan, "Punya karya tulis apa,?"
Kemudian Mufid mengaku pada waktu itu, telah memiliki buku yang diberi judul Takallam Lughotul Arobiyah yang belum ber-ISBN. Seiring berjalannya waktu, di tahun 2018 buku tersebut dicetak lagi dengan keadaan sudah ber-ISBN. Pria kelahiran 25 September 1988 ini telah banyak mendapatkan berbagai penghargaan dari karya tulis dan penelitiannya.
Tantangan dan Kendala dalam Membuat Sebuah Karya Tulis Ilmiah
Mufid menuturkan, jika menulis pastinya banyak kendala, pertama baginya adalah faktor dari keluarga. Setelah lahir anak pertamanya yang kembar, dia baru bisa menulis jika kedua anaknya tersebut sudah terlelap, sekitar pukul 12 malam atau pukul 3 malam. Faktor kedua adalah harus banyak membaca buku. Menurutnya, hal inilah yang biasanya tiba-tiba membuat dirinya merasa malas untuk melakukan penelitian. Dosen ini menjelaskan, bahwa jika ingin membuat jurnal penelitian, pastinya buku yang dijadikan sebagai referensi penulisan minimal 10 buku. Agar bisa membuat latar belakang yang bagus. Dia mengaku heran jika mahasiswa membuat sebuah karya ilmiah tapi hanya bersumber dari 1 buku saja.
Ia juga menjelaskan bahwa seorang dosen pastilah memiliki 3 jenis tanggung jawab, yakni terkait dengan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian ke masyarakat. Menurutnya, ada 2 macam jenis dosen. Ada dosen menjabat dan ada dosen yang tidak menjabat. Nah, dari hal ini Mufid mengaku jika dirinya tergolong pada dosen yang menjabat. Baginya, salah satu faktor tersebut yang menjadikan waktu menelitinya harus terbagi.
Di samping itu, Ia mengungkapkan jika senangnya terhadap penulisan tentang penelitian meningkat, karena ternyata manfaatnya tidak hanya untuk diri sendiri yang berupa reward tadi, tapi juga dirasakan oleh orang lain. "Saya pernah membuat suatu penelitian kemudian saya susun menjadi sebuah jurnal. Ketika itu ada beberapa orang yang berkomentar terhadap jurnal saya. Salah satunya dengan komentar, Pak terimakasih saya sudah baca. Sepertinya tulisan ini mau saya pakai di penelitian saya, " ucapnya. Dia merasa senang, ternyata tulisannya dapat dijadikan kutipan dalam karya ilmiah orang lain.
Di tengah suasana seriusnya dalam bercerita, tiba-tiba terdengar suara tawanya yang khas. Dosen prodi BSA ini menyampaikan, bahwa dirinya dulu bukan juara satu di kelasnya. Bahkan, nilai yang didapatkan ketika skripsi dulu tergolong rendah di antara dosen Unugiri lain, yakni mendapat predikat B. Tapi dia bertekad untuk membuktikan, kalau nilai B dalam skripsinya tersebut, tidak menjadikan hambatan untuk sukses.
"Alhamdulillah walaupun nilai skripsi saya B tapi setidaknya saya pernah jadi LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) loh di masa itu," ucapnya disertai gelak tawanya yang khas.
Tawa tersebut perlahan memudar, beralih dengan tampilan wajah serius, Ia menekankan jika seseorang bisa menulis itu bukan karena suatu bakat, tapi karena memang adanya niat dan minat.
"Pada dasarnya manusia lahir dengan segala ketidakbisaannya, dan hal itu bisa diubah dengan dirinya sendiri, mau berusaha menciptakan berbagai jenis kemampuan pada dirinya atau tidak, "tuturnya.
Tips Menulis untuk Mahasiswa
Pak Mufid memberikan beberapa tips kepada mahasiswa yang juga ingin menulis sebuah penelitian. Kuncinya adalah perbanyak membaca. Seorang mau uktub (menulis), tapi belum iqro' (membaca) itu tidak bisa. Dan minimal buku yang dibaca tersebut 10 buku, jika ingin menyusun sebuah jurnal. Ia pun menyebutkan alasannya,
"Karena kualitas dari latar belakangnya saja akan berbeda antara 1 referensi dengan 10 referensi tersebut. Intinya kalau menulis kuncinya ada di banyak membaca." Tutupnya.
Teks: Lia
Editor: Listiowati
Foto: Lia
Posting Komentar