Apakah itu dirimu puisi?
Bagaimana aku melihatmu?
Secercah cahaya di tengah gulita
Jadi bisakah aku duduk bercengkerama?
Untuk puisi yang pernah tercoret di lembar putih
Bisakah dirimu puisi seperti aliran air
Bisakah sebagai batu kerikil
Atau barangkali serupa hembusan angin
Lembut membelai
Untuk puisi yang pernah tercoret di lembar putih
Menyapa pelukan cinta,
Sebagai obat dan titik terang
Sayang, tanganku terlampau menggenggam
Erat, berhamburan
Ijinkan aku memungut,
pukul dan peluk, duduk mengenal puisi
Bagai aliran air, mencari tempat rendah
Bagai batu kerikil, sebagai bahan pijak jalan
Bagai hembusan angin, semilir menyejukkan
Sebagai lambaian kata cinta
Ayah kepada anaknya
Ibu kepada anaknya
Guru kepada muridnya
Kakak dengan adiknya
Bojonegoro (08/08/25)
*Eni Puspita Sari dari Prodi Bahasa dan Sastra Arab




Posting Komentar