mJHEzxukdj31fhzMIHmiGai4Yfakiv2Yjgl83GlR
Bookmark

Bagaimana Menjadi Mahasiswa yang Terus Berkembang Setiap Hari

Image by Gerd Altmann from Pixabay
Menjadi mahasiswa adalah fase penting dalam kehidupan. Ini adalah masa transisi, dari remaja yang masih mencari jati diri menuju pribadi dewasa yang siap berkontribusi di dunia nyata. 

Namun, tidak semua mahasiswa mampu berkembang setiap hari. Banyak yang akhirnya merasa jalan di tempat, terjebak dalam rutinitas tugas dan ujian tanpa benar-benar bertumbuh sebagai individu. 

Lalu, bagaimana cara menjadi mahasiswa yang terus berkembang setiap hari?

Pertama-tama, kunci utama adalah memiliki kesadaran diri (self-awareness). Kesadaran bahwa kita adalah "pekerja" atas diri sendiri adalah titik mula yang krusial. 

Menurut Imam Al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, seseorang harus mampu menghisab dirinya sebelum dihisab oleh Allah. Ini bukan hanya soal amal akhirat, tapi juga soal evaluasi harian terhadap tindakan, pilihan, dan pencapaian. 

Oleh karr itu, mahasiswa yang ingin berkembang harus rajin bertanya pada dirinya sendiri: "Apa yang sudah aku pelajari hari ini? Apa yang bisa aku perbaiki besok?" Dengan refleksi sederhana itu, kita menjaga diri dari stagnasi.

Kedua, mahasiswa perlu menumbuhkan rasa cinta terhadap ilmu. 

Banyak yang kuliah hanya karena tuntutan sosial atau keharusan belaka. Padahal, sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i, "Ilmu itu bagaikan cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat." 

Rasa cinta terhadap ilmu akan membuat kita mengejar pengetahuan bukan karena terpaksa, tetapi karena kebutuhan jiwa. 

Mahasiswa yang mencintai ilmu tidak akan merasa cukup hanya dengan kuliah di kelas; ia akan membaca lebih banyak, berdiskusi lebih dalam, dan mencari pengalaman yang memperkaya pikirannya.

Namun, mencintai ilmu saja tidak cukup. Ada kalanya kita merasa lelah, malas, atau tidak semangat. Di sinilah pentingnya mengelola waktu dengan bijak. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, "Dua nikmat yang banyak manusia lalai darinya: kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari). 

Waktu adalah aset terbesar mahasiswa. Gunakanlah waktu bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk membangun keterampilan baru, mengembangkan relasi sosial, dan merawat kesehatan fisik maupun mental. Membuat jadwal harian sederhana, menetapkan prioritas, dan membatasi distraksi bisa membuat hari-hari kita lebih bermakna.

Selain itu, keluar dari zona nyaman adalah strategi lain untuk berkembang. Mahasiswa sering kali merasa aman di lingkaran yang sama: teman-teman sejurusan, kegiatan yang itu-itu saja, atau kebiasaan lama yang tidak menantang. 

Padahal, seperti kata Hasan Al-Banna, "Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang tersedia." Kita harus berani mengambil kesempatan baru: mengikuti organisasi, magang, mengajar, menjadi relawan, atau sekadar belajar hal baru di luar jurusan. Setiap pengalaman baru akan memperkaya diri kita dengan perspektif dan keterampilan berbeda.

Kemudian, membangun karakter yang kuat sangat penting. Tidak semua keberhasilan ditentukan oleh kecerdasan intelektual; karakter seperti kejujuran, disiplin, empati, dan tanggung jawab jauh lebih berpengaruh dalam jangka panjang. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). 

Sebagai mahasiswa, kita harus menjadikan akhlak mulia sebagai standar dalam berinteraksi, belajar, dan berorganisasi. Karakter kuat akan membuat kita dipercaya, dihormati, dan diberi lebih banyak kesempatan.

Tidak kalah penting, mahasiswa harus mampu membangun jaringan relasi yang sehat. Peribahasa Arab mengatakan, "Teman yang baik lebih baik daripada harta kekayaan." 

Dalam dunia perkuliahan, berteman dengan orang-orang positif, pekerja keras, dan berintegritas akan menulari kita dengan semangat yang sama. Bangunlah jejaring tidak hanya dengan teman seangkatan, tapi juga kakak tingkat, dosen, bahkan alumni. Relasi ini bukan hanya untuk kepentingan akademik, tapi juga untuk masa depan karier dan pengembangan diri.

Di sisi lain, mengembangkan kebiasaan membaca adalah investasi jangka panjang. Membaca memperluas wawasan, memperkaya kosa kata, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 

Banyak tokoh besar dunia Islam adalah pembaca yang rakus. Misalnya, Ibnu Sina, sang bapak kedokteran modern, yang konon menghabiskan hampir seluruh masa mudanya di perpustakaan. Membiasakan diri membaca minimal 10–20 halaman buku bermutu setiap hari akan membawa perubahan besar dalam pola pikir kita.

Belajar dari kegagalan juga merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Banyak mahasiswa takut gagal, takut nilai jelek, takut organisasi kacau, takut proyek tidak berjalan mulus. Padahal, kegagalan adalah guru terbaik. 

Seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab RA, "Jangan tertipu oleh kebaikanmu, karena sesungguhnya orang yang beruntung adalah yang belajar dari kesalahan." Jadikan kegagalan sebagai bahan bakar, bukan alasan untuk menyerah.

Dalam perjalanan ini, mahasiswa juga perlu memiliki tujuan yang jelas. Tujuan adalah kompas dalam setiap langkah. Tanpa tujuan, belajar hanya menjadi rutinitas kosong. 

Tuliskan apa yang ingin dicapai dalam 1 tahun, 3 tahun, atau 5 tahun ke depan. Tidak perlu takut jika tujuan itu berubah seiring waktu; yang penting, kita selalu punya arah untuk diperjuangkan. 

Selain fokus pada dunia akademik, menjaga kesehatan fisik dan mental juga bagian dari pengembangan diri. Banyak mahasiswa mengabaikan olahraga, tidur cukup, dan menjaga pola makan. Padahal, tubuh yang sehat adalah prasyarat untuk berpikir jernih dan produktif. Rasulullah SAW sangat menekankan pentingnya menjaga tubuh. Beliau rutin berolahraga, menjaga pola makan sederhana, dan menganjurkan kebersihan diri. Mahasiswa yang rutin berolahraga, cukup tidur, dan makan sehat akan lebih tahan terhadap tekanan akademik dan sosial.

Dalam upaya berkembang, jangan lupakan doa dan hubungan dengan Allah SWT. Usaha keras manusia tetap bergantung pada izin-Nya. 

Sebagai mahasiswa muslim, menyeimbangkan antara ikhtiar dan tawakal adalah kunci. Luangkan waktu untuk shalat tepat waktu, membaca Al-Qur'an, dan berzikir. Ketenangan batin yang lahir dari hubungan spiritual ini akan menjadi kekuatan tersembunyi yang membuat kita lebih kokoh menghadapi tantangan.

Di era modern ini, memanfaatkan teknologi secara cerdas juga bagian dari pengembangan diri. 

Ada banyak platform yang menyediakan kursus gratis atau berbayar, seperti Coursera, edX, atau Skillshare. Alih-alih menghabiskan waktu scroll media sosial tanpa arah, mahasiswa cerdas akan menggunakan gawai mereka untuk belajar skill baru, memperluas jejaring profesional, atau memperdalam minat akademik mereka.

Terakhir, mahasiswa yang ingin berkembang harus berani bermimpi besar dan bekerja lebih keras daripada kebanyakan orang. 

Jangan takut memiliki cita-cita tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, "Besarnya cita-cita adalah tanda kejayaan suatu bangsa." Mahasiswa yang berani bermimpi akan memiliki alasan kuat untuk bertahan di saat sulit, untuk berjuang di saat lelah, dan untuk terus bergerak ketika yang lain berhenti.

Menjadi mahasiswa yang terus berkembang setiap hari bukan tentang menjadi sempurna, bukan tentang tidak pernah gagal, bukan tentang harus selalu berhasil. Tapi tentang komitmen kecil yang terus diperbarui setiap hari: untuk menjadi lebih baik dari kemarin, untuk belajar dari setiap kesalahan, dan untuk bergerak, sekecil apa pun langkah itu.

Di penghujung hari, kita mungkin tidak menjadi yang tercepat atau terpandai, tetapi kita akan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri—dan itu jauh lebih berarti.

Teks: M. Ainun Najib

Foto: Pixabay

Posting Komentar

Posting Komentar