![]() |
Ilustrasi By AI |
Sebuah pandangan mengenai perempuan dalam dunia yang sudah penuh dengan kesalahpahaman, menjadi salah satu keresahan bagi saya dan mungkin bahkan sebagian perempuan. Bagaimana cara perempuan menempatkan diri bahkan dengan pikiran-pikiran dan perasaannya sendiri.
Stigma-stigma umum yang terjadi di masyarakat mengenai perempuan, kadang membuat perempuan tidak mengenal dirinya, terkhusus saya sendiri.
Seperti menyoal perempuan dalam ketawanya, berpenampilan, karier, emosional, dan sebagainya. Ada di satu titik, saya merasa ada di zona di mana seakan menjadi sebuah sensory pertahanan diri. Hal-hal mengenai perempuan dengan tanda kutip terasa wajar ketika harus ditutup-tutupi dan menormalisasikan stigma-stigma perempuan di masyarakat yang dianggap tabu untuk dibicarakan. Sensory diri inilah, yang terpikirkan.
Ruang aman bagi perempuan di publik. Katakan ketika perempuan sendiri berada di ruang publik, atau ketika perempuan berpergian dan diharuskan pulang malam. Keresahan ini, saya pun juga merasa menghindari, ini bukan soal keberanian dan batas sebagai perempuan, namun bagaimana diri harus memutar otak dengan kemungkinan yang akan terjadi, apa yang harus dilakukan jika ini/itu terjadi. Harus menelpon siapa pertama kali, harus berbuat bagaimana?
Perempuan sebagai manusia yang utuh. Perempuan istimewa dengan jiwa dan pikirannya. Perempuan yang baik di rumah dengan keluarga atau perempuan yang baik dengan karier nya, bukan menjadi suatu hal yang dipilih, karena keduanya merupakan kehidupan perempuan. Semoga ini menjadi sebuah dorongan bagi saya dan teman-teman.
Menjadi manusia, baru perempuan selanjutnya. Membahas mengenai keperempuanan dengan tujuan untuk kemanusiaan. Perempuan juga punya hak untuk pengalamannya dan menyuarakannya. Setidaknya tulisan ini menjadi satu langkah awal keberanian. Sebagai sebuah giving up diri dan juga teman-teman
Dengan ini, karena saya sebenarnya penakut, salam.
Editor : M. Ainun Najib
Posting Komentar