![]() |
Poster film Kebun Salak Terakhir (foto. buku Jenggala) |
Arusgiri.com, Film Kebun Salak Terakhir, merupakan film dokumenter yang disutradarai oleh Rudi Reading yang ia garap bersama para anggota komunitas buku Jenggala. Pemutaran pertama film ini dilakukan dengan mengundang beberapa komunitas literasi dan seni di sekitar Bojonegoro pada 28 September 2024.
Film ini bercerita mengenai sejarah kebun salak di desa Wedi Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, yang dulu pernah mencapai puncak kejayaannya. Namun seiring berjalannya waktu, kebun salak itu kini hanya meninggalkan serpihan kenangannya.
Disebutkan, bahwa dulu, Wedi merupakan desa kecil yang mempunyai perkebunan salak terluas di Kabupaten Bojonegoro. Hampir setiap lahan milik warga yang tidak dimanfaatkan untuk bangunan, pasti terdapat pohon salak.
Konon, asal mula sejarah salak tersebut berasal dari biji salak pemberian Syaikhona Kholil Bangkalan yang dibawa oleh muridnya yang bernama Mbah Basyir. Mbah Basyir ini adalah pemuka agama asal Gresik yang diminta menjadi pendakwah di desa Wedi oleh Mbah Bakar, kepala desa saat itu. Waktu itu, Mbah Basyir meminta restu kepada Syaikhona Kholil akan berdakwah di desa Wedi. Syaikhona Kholil lantas membekalinya satu dandang biji salak.
Siapa sangka, salak yang mulanya menjadi sarana dakwah tersebut akhirnya juga menjadi penopang utama perekonomian warga di desa Wedi. Dikatakan bahwa sangking makmurnya, pada zaman itu, warga di desa Wedi sanggup menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi bahkan bisa naik haji bermodalkan hasil kebun salak, sebab salak dari desa Wedi memiliki harga jual yang cukup tinggi.
Namun kini, salak yang menjadi ikonik desa Wedi tersebut perlahan memudar eksistensinya. Masih ada, namun tidak seeksis zaman dulu. Ada beberapa alasan pudarnya eksistensi salak di desa Wedi, diantaranya adalah lahan yang semakin sempit sebab telah banyak yang menjelma menjadi tempat tinggal, harga salak yang semakin anjlok, serta akibat dibabatnya bohon kelapa di sekitar perkebunan salak. Konon, pohon kelapa tersebut berfungsi sebagai tanaman penjaga kestabilan air dan pencegah hama di sekitar pohon salak. Namun, ada juga beberapa masyarakat yang meyakini bahwa salak Wedi tidak lagi berbuah lebat semenjak diadakannya festival salak tahunan di desa Wedi.
Sebagai film yang menjadi garapan pertama komunitas buku Jenggala, alur dari film ini cukup lengkap, namun agak kurang runtut pengelompokannya, jadi terkesan seperti meloncat-loncat. Ada juga beberapa script yang menurut saya lebih baik tidak disertakan, agar alur lebih fokus sebagaimana judulnya. Yaitu script tentang budaya Jedaran, kuburan PKI dan yang berhubungan dengan itu. Hal ini agar pembahasan terkait kebun salak lebih tampak dominan sebagai judul film. Andaikata memang ada kaitannya, saya rasa cukup disertakan sekilas sebagai pemanis dan tidak perlu terlalu dalam.
Pengambilan shot dalam film ini juga sudah cukup menarik. Andai saja, bagian shot wawancara dengan narasumber yang sedang membaca manuskrip, kamera diarahkan juga ke manuskripnya, saya rasa akan lebih terasa bau-bau perjuangan pengungkapan jejak sejarahnya. Terkait pencahayaan, sepertinya memang sengaja dibuat mode warna beige 'agak jadul' dan soft, untuk meninggalkan kesan dan lebih dekat dengan makna sejarah.
Ada bagian yang sedikit disayangkan dalam film ini, yaitu bagian awal film. Di bagian awal film, sempat terselip backsound yang terlalu keras yang sangat menganggu suara reporter saat bercerita. Padahal part awal menjadi pokok utama film. Saya sebagai penonton yang kadung penasaran sempat agak sebal, sebab tidak bisa mendengarnya dengan jelas dan seksama. Terdapat juga suara beberapa narasumber yang kurang jernih. Namun, sebagai film garapan pertama, tentu kekurangan ini sangat wajar dan bahkan sudah cukup tertutup dengan kelebihan di bagian lain. Untuk para reporter, good job, sangat natural dan mengalir. Semoga ke depannya akan lebih banyak produksi film sejenis ini, sebagai bukti bahwa para pemuda juga sangat peduli dengan jejak sejarah di sekelilingnya.
*Penulis adalah mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Arab semester 5
Posting Komentar