Menyongsong tahun Politik, Gus Mus: Jika bukan Mainan, Jangan Mau dibentur-benturkan
Tim Redaksi
... menit baca
Dengarkan
Awal tahun lalu, hampir di sudut manapun kita jumpai mainan dengan suara nyaring tek-tek yang dimainkan oleh anak-anak. Lato-lato atau yang dulunya dikenal dengan ethek-ethek adalah sebuah permainan dari plastik yang berbentuk dua bola, kemudian disatukan oleh tali yang jika tali tersebut dipegang tengahnya dan digerakkan naik turun, akan mengakibatkan dua bola bersentuhan. Sebagai pegangan, dipasanglah sebuah pin guna memudahkan agar tetap seimbang.
Gegap gempita lato-lato ini bahkan bukan hanya menyasar anak-anak, banyak juga dari orang tua yang sekedar penasaran caranya ataupun untuk nostalgia mengingat mainan ini pernah tenar pada tahun 90-an. Bahkan, ada juga para pihak yang mengaitkannya dengan Pemilu 2024, salah satunya adalah Ari Indarto. Melansir Kompasiana, ia menganggap suara nyaring yang dihasilkan lato-lato serupa Politikus yang ramai-ramai menyuarakan suaranya untuk mendulang simpatisan. Seperti halnya lato-lato, semakin hari suara yang dihasilkan semakin keras terdengar akibat benturan satu sama lain.
Jika kita korelasikan dengan keadaan sekarang yang akan menghadapi Pemilu 2024, akan menjadi cocokologi menarik antara lato-lato dengan politikus yang hendak mencalonkan diri dalam Pilpres. Masing-masing orang tentu ingin meningkatkan elektabilitasnya dengan koalisi dengan partai, berkampanye, mengajak simpatisan, dan lain sebagainya. Namun, tak jarang manuver yang dilakukan sebuah Partai Politik (Parpol) demi mendapatkan Pasangan Calon (Paslon) yang ideal kerap menimbulkan kontroversi. Seperti yang kemarin terjadi pada politikus dari ormas terbesar di Indonesia yang mana dua tokoh besarnya berbeda pandangan politik hingga mengakibatkan keduanya saling sindir di media sosial. Hal yang seperti ini ibarat dua bola pada lato-lato tadi yang saling terbentur dan nyaring di telinga, dan namanya permainan pasti ada orang yang memainkan.
Terlepas dari korelasi diatas, K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus mempunyai filosofi agar berhati-hati dengan lato-lato. Dalam unggahan di instagram pada (14/1), Gus Mus berpesan “Jika bukan mainan, jangan mau dibentur-benturkan”. Pesan singkat ini mewanti-wanti kita agar tidak mudah dibenturkan atau diadu domba. Dengan demikian jika masih bisa dibentur-benturkan seperti lato-lato, berarti kita hanyalah sebuah mainan.
Konsep adu domba sekarang ini tidak terbatas pada soal fisik, sering kita jumpai di media sosial banyak terjadi saling menghujat hanya karena sebuah utas. Betapa media sosial sekarang bisa menjadi senjata yang mematikan untuk membunuh karakter dan citra seseorang. Apalagi The power of Netizen Indonesia yang mudah tersulut emosi oleh opini yang benar atau tidaknya bukan urusan mereka, karena tugas netizen hanyalah menghujat.
Posting Komentar