"Langit dan bumi serta malaikat turut menangis melepas kepergian bulan Ramadan”.
Bagi setiap kaum muslim yang sudah merasakan manisnya iman dan nikmatnya dalam beribadah serta melimpahnya keberkahan di bulan Ramadan. Hal itu tentu akan membuatnya merasakan kesedihan disaat akan berpisah dengan bulan Ramadhan.
Karena bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan dan bulan yang sangat dirindukan oleh orang yang beriman dan orang shalih. Para ulama dan orang shalih merasakan sangat merindukan bulan Ramadan, karena enam bulan sebelum Ramadan mereka sudah berdoa kepada Allah Swt agar dipertemukan dengan bulam Ramadhan.
Perihal perpisahan dengan malam terakhir bulan Ramadan Rasulullah Saw bersabda; “Apabila malam terakhir bulan Ramadan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad Saw.”
Dalam percakapan sahabat dan Nabi yang di riwayatkan Jabir, Rasulullah pernah ditanya, “Musibah apakah itu ya Rasulullah? Kemudian Rasulallah menjawab, “Perginya bulan Ramadan, karena di bulan Ramadan itu semua doa diijabahi, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan).”
Inilah sebuah rahasia besar yang disabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Sekiranya umatku ini mengetahui tentang apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadan.”
Karena semua kebaikan di bulan Ramadan, ketaatan diterima Allah Swt, doa hamba dikabulkan, semua dosa dan kesalahan diampuni dan surga rindu menunggu kehadiran mereka.
Bukti nyata tentang ketidaktahuan kita perihal rahasia bulan Ramadan dapat terlihat dari sikap kita dalam menghadapi dan melepaskan bulan suci Ramadan yang terkesan biasa saja dan sekadar bahagia dalam bentuk lahiriyah.
Doa dan salam perpisahan, tepatnya pada malam tanggal satu Syawal, pasti kita semua akan berpisah dengan bulan Ramadan dan menutup serta menggantinya dengan salat Idul Fitri pada satu Syawal. Pada malam perpisahan dengan bulan Ramadan itu, banyak orang sholih yang bersedih bahkan mencucurkan air mata kesedihannya dengan mengucapkan salam perpisahan.
Untuk mengucapkan sebuah salam perpisahan kepada bulan Ramadan, hendaknya kita melakukannya sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ulama shaleh terdahulu.
Berikut ini adalah contoh salam perpisahan Zainal Abidin Al-Sajjad cicit Nabi Muhammad Saw pada setiap kali Ramdahan akan berpisah dengannya:
“Wahai bulan Allah yang agung. Wahai hari raya kekasih Tuhan. Asalamu alaika, wahai waktu-waktu yang menyertai kami dengan penuh kemuliaan. Wahai bulan, detik, jam dan hari-hari kebaikan. Assalamu alaika, wahai bulan yang ketika harapan didekat kan dan amal dihamparkan.”
“Salam bagimu wahai Ramadan, shahabat yang datang membawa kebahagian dan kepergiannya meninggalkan kepedihan. Salam bagimu wahai teman, yang membuat hati menjadi lembut dan dosa berguguran.”
“Salam bagimu wahai bulan penolong yang membantu kami melawan setan dan memudahkan menapak jalan kebaikan. Assalamu alaika ya Ramadan. Betapa panjangnya Engkau bagi para pendurhaka. Betapa mulianya Engkau bagi hati orang-orang yang yakin. Salam bagimu wahai Ramadan, Engkau datang pada kami membawa keberkahan dan membersihkan kami dari kesalahan.”
“Salam bagimu wahai Ramadan, yang dirindukan sebelum kedatangannya dan disedihkan sebelum kepergiannya. Salam bagimu wahai Ramadan karenamu betapa banyaknya kejelekan dipalingkan dari kami. Karena engkau betapa banyak kebaikan dilimpahkan pada kami.”
“Semoga sebelum Ramadan meninggalkan kita dan berpisah dengannya, kita mampu menyembelih nafsu kebinatangan kita, menutup pintu masuknya setan, menutup pintu neraka, dan membuka pintu surga.”
Untuk itu, mari kita selalu panjatkan doa dan bermunajat kepad Allah Swt dengan mengucapkan doa perpisahan bulan Ramadan.
Seperti yang telah lakukan oleh Imam Zainal Abidin al-Sajjad cicit Rasulullah Saw yaitu; “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa kami saat ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidup. Sekiranya Engakau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku, maka jadikanlah sebagai puasa yang dirahmati, dan janganlah Engkau jadikan sebagai puasa yang hampa (ditolak).” Amiiin ya mujibassailiiin.
Penulis; M. Ainun Najib
Editor: MT Naufal
Ilustrasi: Pexels.com
Posting Komentar