mJHEzxukdj31fhzMIHmiGai4Yfakiv2Yjgl83GlR
Bookmark

Hilangkan Asumsi Bahasa Arab Sulit, HMP BSA Adakan Kegiatan ke Sejumlah Sekolah


Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (HMP BSA) Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) mengadakan agenda Sharing Ilmu pada Senin, (30/1/2023). Acara tersebut berlangsung di MA Mambaul Ulum Kecamatan Ngasem, Bojonegoro. 

Acara yang mengusung tema Arabic Goes to School ini, berisi tentang pengenalan bahasa Arab dengan cara yang seru, yakni melalui beberapa nyanyian dan permainan. Selain menghilangkan asumsi bahwa bahasa Arab itu sulit, adanya acara ini juga sebagai ajang mahasiswa untuk mengaplikasikan pemahaman ilmunya dalam bahasa Arab. 

Khoirotun Hisan selaku guru bahasa Arab MA Mambaul Ulum merasa senang dengan adanya kunjungan tersebut. Karena disamping keilmuannya, cara membawakannya pun tidak membosankan. "Seneng sekali tentunya, karena dengan adanya kegiatan seperti ini, anak-anak bisa tambah pengetahuan khususnya dalam bahasa Arab. Tidak hanya monoton di kelas saja, ini termasuk ada referensi baru juga bagi mereka," jelasnya.

Mohammad Luthfi Asrori sebagai salah satu panitia pelaksana berharap dengan diadakannya acara ini dapat menambah kecintaan terhadap bahasa Arab dan dapat menambah minat pelajar bahasa Arab. "Semoga sekolah yang kita datangi bisa ikut mencintai bahasa Arab lebih-lebih bisa masuk ke prodi BSA di Unugiri," harapnya.

Manfaat acara tersebut juga dirasakan oleh salah satu dari peserta kegiatan, yakni Reva Salsa Nabila. Siswi berusia 17 tahun itu mengaku senang dalam penyampaian materinya, dan juga berminat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. "Saya jadi tahu tentang perkuliahan, profil Unugiri, dan bahasa Arab. Saya juga minat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi," ucap siswi yang akrab dipanggil Bila tersebut.

Di samping suksesnya mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah dan peserta, Luthfi mengungkapkan terkait kendala yang dialami dalam menjalankan acara tersebut, diantaranya kurangnya disiplin waktu dan uang transportasi. 

"Kendala paling utama adalah tentang ketepatan waktu yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Tapi Kesalahan itu dari kita sendiri. Misal kesepakatan pukul 10.00 harusnya sudah dimulai, ternyata dari kami pukul 11.00 baru dimulai. Yang kedua tentang biaya operasional. Jadi sebetulnya sebisa mungkin kalau acara seperti ini minimal ada uang transportasi lah, walaupun tidak ada uang makan, tapi ada uang transportasi itu lebih bisa membantu", ucap mahasiswa semester 4 tersebut.


Teks: Lia Salsabila

Editor: M Taufik Naufal

Foto: HMP BSA

 

Posting Komentar

Posting Komentar