Oleh : Setyani
Beberapa hari lalu, tepatnya 12-17 Februari 2020 saya dan dua teman saya yang mewakili Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Spektrum IAI Sunan Giri Bojonegoro sebagai peserta Kongres Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Vihara Avalokitesvara Pamekasan Madura mengantongi banyak cerita, pengalaman, bahkan mengantongi banyak baju kotor. Hehhee.
Bagaimana tidak? Berhari-hari di sana tentu banyak sekali baju kotor yang selesai digunakan dan harus dicucikan.
Tetapi bukan point baju kotor teman-teman yang ingin saya utarakan. Namun lebih ke dalam rangkaian kegiatan kongres ya. Kita ngapain aja sih selama berhari-hari itu?
Kira-kira penasaran nggak? sedari alinea awal saya hanya menulis intro saja tanpa menulis isi yang ingin disampaikan.
Begini ya teman-teman, dari banyaknya rangkaian acara tentu ada enaknya, malesnya, ngoyonya, santainya, atau banyak curhatnya.
Enaknya, tentu pasti banyak teman, bisa saling sapa dan silaturahmi dengan teman-teman Pers Mahasiswa dari sabang sampai merauke. Pengalaman, cerita menarik, ilmu baru, atau hati baru kita dapati. Eh jangan deh ~
Malesnya, ngoyonya, kita harus benar-benar memeras tenaga, pikiran ataupun memeras keringat. Iya memeras keringat, sebab kita semua harus tetap istiqomah duduk di dalam gedung atau aula untuk merumuskan, membicarakan, mendiskusikan, hal-hal yang ingin dicapai dalam kongres tersebut, termasuk penetapan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), sampai pemilihan Sekretaris Jenderal Nasional PPMI.
Tentu itu memerlukan waktu yang lama, mengapa dari awal saya mengutarakan memeras keringat, sebab durasi bincang sopan, bincang serius, bincang tegang, bincang keras, bincang santai kami lumayan lama. Beberapa hari sidang, selesai larut malam hingga menjelang subuh.
Meski begitu, antusiasme teman-teman sangatlah tinggi. Gagasan-gagasan yang tersampaikan sangat mengelitik hati, dan tergolong keren-keren.
Sebagai orang awam, saya memilih diam. Bisa dibilang saya sama sekali tidak unjuk bicara. Hanya beberapa teman saya saja yang ikut angkat bicara untuk menyampaikan buah pikirnya. Termasuk teman-teman dari Bojonegoro. Dari Bojonegoro ada perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik Sinergi IKIP PGRI Bojonegoro dan LPM Spektrum IAI Sunan Giri Bojonegoro.
Diberbagai kesempatan memang beberapa teman saya ini ikut nimbrung menyamaikan aspirasinya, saya lebih memilih untuk tidak bersuara.
Sebab saya masih belum memiliki keberanian seperti kebanyakan teman-teman lainnya yang ada di forum, saya pikir ini forum besar bukan forum kaleng-kaleng. Saya memutuskan untuk berdiam diri.
Dibalik diam, saya menyoroti beberapa prespektif teman-teman. Dari banyaknya prespektif hanya ada satu prespektif dengan sudut pandang yang unik dan santuy. Sagatlah relevan bagi kebutuhan pers mahasiswa saat ini. Sebut saja dia X. Hehehii~
Saya tidak segan-segan memujinya dalam hati. Memang benar apa yang dikatakan
si X ini.
"Persma hari ini hanya butuh saling berafiliasi dengan berbagai elemen. Termasuk teman-teman persma sendiri di berbagai kota. Saling berjejaring, berelasi, menguatkan dan satu suara. Sebab dengan begitu maka persma akan semakin kuat untuk menghadapi berbagai persoalan, termasuk intimidasi, represi dan sejenisnya" ujar si X berambut kilau itu.
Sesuai yang telah disampaikan Tim Riset Badan Pengurus Advokasi PPMI Nasional di Kongres kemarin tercatat, ada 58 jenis represi. Mulai dari yang sering dialami adalah intimidasi, pemukulan, drop out, kriminalisasi dan penculikan.
Sesuai yang telah disampaikan Tim Riset Badan Pengurus Advokasi PPMI Nasional di Kongres kemarin tercatat, ada 58 jenis represi. Mulai dari yang sering dialami adalah intimidasi, pemukulan, drop out, kriminalisasi dan penculikan.
Dengan begitu menunjukan bahwa persma mengalami banyak sekali tekanan. Tidak adanya pengakuan hak untuk menyampaikan pendapat. Kritik adalah kebebasan menyampaikan pendapat. Namun hal lain dimaknai kritik adalah sebagai pencemaran nama baik kampus. Jika hak menyampaikan pendapat tidak diakui, maka tindakan represi akan terus terjadi.
Usai pemilihan Sekretaris Jenderal, PPMI meneken MoU tentang perlawanan represifitas yang diikuti seluruh Dewan Kota (DK) di Aula Vihara Avalokitesvara Pamekasan Madura.
LPM sebagai organisasi yang eksis memberikan program membangun kemampun mahasiswa untuk benar-benar memerankan posisinya sebagai agen of change and agen of control.



1 komentar