Oleh : Septiani Favika Putri
Arusgiri.com-Guna mengenalkan disleksia kepada calon pendidik, yang mana istilah itu ditujukan untuk mahasiswa IAI Sunan Giri, khususnya mahasiswa program studi (prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI), Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) PAI adakan seminar pendidikan dengan tema "Mengenalkan disleksia kepada calon pendidik", Minggu (26/01/20).
Kegiatan yang dilaksanakan di Aula IAI Sunan Giri ini, turut dihadiri oleh Kaprodi PAI, Ahmad Mansur, dan sejumlah mahasiswa PAI lainnya. Selain itu, juga dihadiri Siti Mustaniroh, penggiat disleksia awarenes juga tergabung dalam Asosiasi Disleksia Indonesia, dan Agung Ridwan, CEO Dunia Imajinasi. Keduanya merupakan penyandang disleksia yang berkesempatan menjadi narasumber dalam acara tersebut.
Menurut Afifah, Ketua HMP PAI, ada banyak penyandang disleksia di bojonegoro, tapi masih banyak yang tidak tahu mengenai disleksia tersebut. Beberapa justru tidak mengenal apa itu disleksia, padahal pemahaman tentang disleksia sangat penting sekali terlebih untuk calon pendidik. Karenanya, dengan adanya seminar itu, Afifah bermaksud mengenalkan disleksia kepada teman-teman mahasiswa.
Dalam penjelasannya, Siti Mustaniroh mengatakan, penyandang disleksia sebenarnya sama seperti manusia normal lainnya, hanya saja kesulitan dalam membaca, kesulitan dalam berhitung (siskalkulia), kesulitan dalam memilih, merencanakan, dan menyusun suatu benda (dispraksia).
"Disleksia bukan disebabkan karena kurang motivasi ataupun gangguan pada sensorik dan instruksi yang lambat, namun dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi tersebut" ucap ibu dua anak penyandang disleksia itu.
Tidak seperti seminar biasanya, kali ini banyak peserta yang melek bahkan terpingkal-pingkal. Hal itu tidak lain karena pertunjukan pantomim dari Agung Ridwan. CEO Dunia Imajinasi Bojonegoro ini berhasil mengundang antusias peserta seminar dengan gerak-gerik ala pantomim yang menggunakan isyarat dalam bentuk mimik atau ekspresi wajah dan gerak tubuh sebagai pengganti dialog.
Agung Ridwan juga memutarkan beberapa vidio yang berisi tentang bagaimana keseharian penyandang disleksia dan menjelaskan tentang dirinya yang memilih progam pendidikan matematika dalam perguruan tinggi. Baginya, hidup bukan seberapa banyak kekayaan dan ilmu, melainkan seberapa bermanfaatnya ilmu itu. Kalimat tersebut menjadi semboyan dalam kehidupan remaja yang sempat di undang dalam acara Hitam Putih itu.
Posting Komentar