mJHEzxukdj31fhzMIHmiGai4Yfakiv2Yjgl83GlR
Bookmark

Berkunjung ke Desa Prigi


Oleh: Syaifuddin Zahro

Desa Prigi, salah satu desa di Kecamatan Kanor yang menjadi destinasi kami (Kelompok satu) untuk berkunjung ke lokasi KKN. Setelah Tim berkumpul di kampus, sesegera mungkin kami meluncur ke desa tersebut. Menyusuri jalanan beraspal dan terik matahari yang nyaris berada di atas kepala kami. Simpang-siur kendaraan lain turut memadati jalan. Penuh hati-hati dan kesabaran untuk bisa sampai di desa yang berada di sisi utara Kecamatan Kanor itu.

Berangkat dari tempat berbeda-beda, kami memutuskan berhenti sekali lagi untuk menunggu salah satu teman yang belum bersama. Setengah jam berlalu, dan berlima kami siap melanjutkan perjalanan. Kami sudah memasuki kelokan. Tidak lagi di jalan raya jurusan Bojonegoro-Surabaya. Tapi jalanan masih sama padatnya. Tidak apa, kami masih menyediakan banyak kesabaran, semoga lekas sampai tujuan.

Gapura Desa Prigi sudah nampak di depan mata. Kami tinggal mencari dimana tepat kakak-kakak KKN itu berada. Belum sampai lokasi, kami berhenti lagi. Bukan karena sudah lelah, tapi roda depan sepeda motor salah satu dari kami tiba-tiba bocor. Pertanda nasib kurang beruntung menimpa. Tidak apa, anggap saja ini bagian dari perjuangan.

Tidak jauh dari tempat ban itu bocor, kami sudah menemukan tempat tambal ban. Kaum adam dengan penuh rela membiarkan teman-teman perempuannya melanjutkan perjalanan. Segera menyusulnya.

Tibalah kami di sebuah rumah dengan halaman berpaving segi enam. Sambutan hangat dari dalam rumah mulai terasa saat salam kami terjawab. Meski agak canggung, perbincangan kami siang itu membawa keakraban. Meski sesekali menyinggung tema yang berbeda dan tak beraturan, pada akhirnya kami bisa menemukan muara perbincangan ini. Sebuah liputan guna menggali informasi mengenai kegiatan KKN IAI Sunan Giri Bojonegoro, serta potensi yang ada di Desa Prigi.

Sholeh, salah satu mahasiswa, yang juga koordinator desa, menceritakan berbagai kegiatan yang mereka lakukan di desa ini. Mulai dari observasi dan riset, penggalian data, lebih dekat dengan masyarakat, sampai pengembangan potensi yang ada di Desa Prigi.

"Awalnya kami takut dan agak kurang percaya diri. Kami juga tidak tau bagaimana background masyarakat di desa ini. Tapi setelah beberapa kami meneliti, dan dengan respon baik masyarakat kami bisa melaksanakan beberapa program yang kami buat," tutur mahasiswa fakultas syari'ah itu.

Setelah hampir tiga jam kami berdialog dan wawancara, kami berpamitan, kembali pulang. Serangkaian foto-foto bersama menjadi penutup pada pertemuan ini.
Posting Komentar

Posting Komentar